Apresiasi Puisi Chairil Anwar

0
Penyair: Chairil Anwar


DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.



MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.

Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
                Februari 1943


    Dipenegoro merupakan salah satu pahlawan yang sangat dikenal bangsa Indonesia. Chairil lewat puisinya,” Diponegoro”, menunjukkan kekagumannya pada sosok Dipenegoro yang semangat perjuangannya untuk melawan penjajah sangatlah tinggi.
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Di masa pembangunan semangat yang dimiliki oleh Diponegoro untuk berjuang dengan gigih muncul kembali. Muncul kembali pada diri siapa? Diri penyair atau pemuda pada masa itu?
Dan bara kagum menjadi api
•    Rasa kagum yang mulanya hanya seperti bara kemudian membesar layaknya api. Api, apa maksudnya? Mungkin saja api melambangkana semangat. Jadi, rasa kagum pada sosok Diponegoro telah memberikan semangat untuk berjuan.
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
•    Hal inilah yang dikagumi oleh penyair pada diri Diponegoro.  Ia menjadi seorang pemimpin yang tak takut menghadapi musuh. Meski jumlah musuh itu berlipat.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
•    Pedang di sini melambangkan kekuatan pemuda saat itu. Sedangkan keris adalah lambang senjata khas bangsa Indonesia, hal ini menyangkut masalah kebudayaan. Keduanya digunakan untuk melawan penjajah.
•    Semangat Diponegoro yang selalu hidup pada diri bangsa yang tak akan pernah padam.
MAJU
•    Seruan penyair pada pemuda agar terus berjuang dalam perang.
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
... ... ...
Bagimu Negeri
Menyediakan api
•    Pasukan pemuda meski tak bersenjata, namun memiliki semangat untuk terus berjuang. Meski hanya sekali, namun hidup harus diberi arti. Bagaimana hidup bisa menjadi berarti? Bisa saja dengan berkoban untuk negara.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
•    Atas, apa yang dimaksud dengan atas oleh penyair? Mungkin saja atas melambangkan pemimpin bangsa. Jika tidak ada yang memimpin bangsa kita, maka bangsa kita akan terus dijajah.
•    Meskipun setelah mati, cita-cita untuk merdeka baru terlaksana.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
•    Penyair memberikan seruan agar pemuda memiliki semangat Diponegoro untuk terus berjuang melawan penjajah bangsa.
Tema puisi Diponegoro ini adalah semangat Diponegoro yang hidup dalam jiwa pemuda untuk berani melawan penjajah.
Citraan visual begitu banyak digunakan, seperti pada lirik Di depan sekali tuan menanti. Sedangkan citraan auditif tergambar melalui lirik Maju.Serbu.Serang.Terjang. lirik  tersebut juga menggambarkan citraan gerak. Juga pada lirik Tuan hidup kembali, Dan bara kagum menjadi api. Juga citraan taktil, seperti pada lirik Tak gentar.
Rima begitu tertata pada baris dan bait. Juga terdapat pengulangan kata yang menimbulkan rima, pada kata “maju” dan “di atas”. Pemenggalan pada baris juga menimbulkan rima, seperti pada lirik sekali/ berarti. Sarana retorikanya pun cukup kentara, misal dengan bait
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Yang menunjukkan sebuah klimaks. Juga pada lirik bara kagum menjadi api.

Oleh: Lidya Devega S/ Sasrtra Indonesia UM






0 komentar: